Waktu telah menunjukkan pukul 17.00 namun ruang kelas lantai 2 tepatnya di kelas 202 masih penuh dengan mahasiswa yang sedang kuliah. Tak biasanya ada kelas sore. Hampir semua perkuliahan selesai maksimal pukul 17.00, namun sepuluh menit telah berlalu, dan perkuliahan belum usai juga.
Tampak seorang dosen sedang menjelaskan bagaimana seorang perawat melakukan pemeriksaan tekanan darah. Bu Waya adalah salah satu dosen program studi keperawatan di kampus ini. Beliau adalah dosen baru. Bu Waya sangat antusias menjelaskan materi kuliahnya. Beberapa mahasiswa mendengarkan dengan seksama, namun ada juga yang sibuk dengan telepon genggam dan membuat coretan tak berguna di sela-sela buku pelajaran. Dosen itu menghentikan penjelasannya, lalu bertanya kepada mahasiswanya.
“Sampai materi ini, ada pertanyaan? Tanya Bu Waya
Semua mahasiswa terdiam. Diam yang mengisyaratkan keinginan mereka untuk mengakhiri perkuliahan ini.
“Baik, karena tidak ada yang menjawab, saya anggap kalian semua paham. Akan saya lanjutkan ke materi selanjutnya”. Kata Bu Waya
“Huuuuuuu…” teriak semua mahasiswa.
Suasana perkuliahan menjadi hening setelah Bu Waya memberikan beberapa soal untuk dikerjakan. Di tengah perkuliahan, tiba-tiba ada seorang mahasiswi berdiri, menggeser kursinya dengan cukup keras. Dia memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Dia memasang kuda-kuda, menaikkan pinggulnya dan merentangkan kedua tangannya. Pinggulnya berlenggak lenggok, kedua tangannya meliuk-liuk mengikuti irama kakinya. Dia tersenyum tipis dan mengerlingkan matanya sesekali.
“Astaghfirullahaladzim..” Ucap Bu Waya terbelalak
“Mia, Mia kamu kenapa? Sadar Mia!” Teriak teman sebelahnya.
Mia masih menari dan mulai berjalan ke arah luar kelas.
Teman-temannya yang lain ketakutan sambil membaca doa-doa yang bisa dia lontarkan. Bu Waya gugup melihat kondisi ini, lalu dia mengeluarkan ponselnya dan mencari nama Pak Gani di kontaknya.
Mia sesekali menggoyangkan kepalanya dan mengibaskan tangannya ke belakang layaknya penari yang mengibaskan sampurnya. Dia menari menuju sudut lorong lantai 2. Lorong tersebut merupakan jalan buntu yang cukup gelap.
“Mia, istighfar Mia! Allahula ilaa ha illaa huwal hayyul qayyuum…” Salah satu teman Mia mengahmpiri Mia dan mencoba menyadarkannya.
“Hhihihihi…” Mia tertawa
Mia tampak komat kamit, bersenandung lirih..
” Aja turu sore kaki, ana dewa nganglang jagad..” “na na naaa… La la laa, hiiihiihhiii”.. Mia tampak menyanyikan sebuah tembang.
“Halo Pak Gani, tolong segera ke sudut lorong lantai 2 Pak Gani. Ada mahasiswa kerasukan.” Bu Waya menelepon Pak Gani , seorang penjaga kelas yang sudah lama bekerja di kampus ini.
Pak Gani menuju ke pantry, mengambil air dan beberapa sendok garam. Dia berlari menaiki tangga menuju lantai 2. Sesampainya di lorong, tarian Mia semakin lincah. Nyanyiannya menggema hingga ujung koridor.
Pak Gani mencoba menyadarkannya dengan membaca doa. Pak Gani dibantu dengan teman Mia mencoba menahan Mia. Pak Gani mengusap kepala Mia namun Mia tidak bergeming.
“Hihihihihi… ora iso” Mia tertawa
“Metuo, metu saiki!” Teriak Pak Gani
” Aku isih pengen nari! ” Jawab Mia
“Sopo jenengmu?” Tanya Pak Gani
” Aku Sulastri” Jawab Mia terkekeh
“Opo karepmu?” Tanya Pak Gani sambil mengencangkan cengkeramannya ke Mia
“Aku pengen nari karo cah iki, aku sinden wis sui ora nari, hihihi”. Mia semakin kuat ingin melepaskan cengkeramannya
Pak Gani mengambil air dan garam yang dibawanya dari pantry. Dia meniupkan doa ke air dan membuangnya ke wajah Mia. Pak Gani mengusap kepala Mia, matanya mulai membelalak, tangannya meronta, bibirnya tersenyum tipis sambil melirih, hihihihihihiiiiiiii…. Suaranya melengking cukup membuat bulu kuduk merinding.. lalu Mia pingsan.
Keesokan harinya, aku berangkat ke kampus pagi-pagi sekali. Aku tiba di kampus pukul 06.30 karena ada praktikum pukul 07.00. Aku memarkirkan kendaraan dekat dengan lobi. Memasuki lobi, hanya ada satpam yang berjaga di depan pintu. Aku menuju mesin absensi untuk check clock. Belum terlihat siapapun yang datang di kampus. Karena jam kerja normal dimulai pukul 08.00. Saya menaiki tangga menuju lantai 3. Lalu aku membuka kantor prodi, tak ada siapapun. Aku mengambil beberapa buku dan dokumen yang diperlukan dan segera keluar kantor. Praktikum dilakukan di laboratorium lantai 3, lantai yang sama dengan kantor prodi. Namun cukup jauh letaknya karena ada di pangkal ujung koridor. Laboratorium yang akan digunakan merupakan ujung koridor lantai 3 yaitu laboratorium bahan alam. Dari kantor prodi ke laboratorium harus melewati lorong yang panjang dan gelap. Melewati beberapa laboratorium prodi lain, toilet dan gudang. Suasana pagi itu masih sangat sepi.
Sebelum tiba di laboratorium bahan alam, aku melewati laboratorium kimia sambil menoleh, melihat apa ada orang di laboratorium tersebut. Karena tidak ada orang aku memandang lurus ke depan menuju lab bahan alam. aku melihat seorang perempuan berjalan di depan. Jaraknya cukup dekat ,tetapi aku hanya bisa melihat setengah badannya saja. Karena terhalang oleh dinding tangga.
“Mungkin baru saja naik dari lantai 1” pikirku dalam hati
Wanita itu berhijab motif bunga warna pink dengan baju bahan rajut warna abu-abu. Tingginya sekitar 155cm, dia berbelok masuk kelas yang berseberangan dengan laboratorium bahan alam.
Laboratorium bahan alam ada di ujung sebelah kiri, dan kelas tersebut tepat di depannya. Wanita itu masuk ke kelas dan menutup pintu kelas.
“Mungkin itu dosen mau mengajar kelas pagi”, ucapku dalam hati.
Aku hampir sampai di depan laboratorium, kulirik pintu kelas di depannya.. aku cukup kaget
Kelas tersebut masih dalam keadaan gelap. Aku menghampiri kelas tersebut, kucoba membuka pintunya. Ternyata pintu masih terkunci. Aku mundur perlahan, berbalik arah menuju laboratorium. Ketika aku masuk laboratorium, ada seseorang meringkuk di sudut ruangan. Aku terkejut bukan main.
Ternyata yang aku lihat di sudut adalah seorang cleaning service.
Aku bertanya, ” Mas, tadi ada orang masuk ke kelas depan kan?”.
“Ga ada mbak, kelasnya belum saya buka. Belum saya bersihkan juga. Seperti nya kelas mulai jam 9 nanti mbak”. Jawab Mas Deni seorang cleaning service lantai 3.
“Ohh, gitu ya” Jawabku sambil heran
Waktu menunjukkan pukul 09.30, saya melewati kelas itu lagi. Aku coba mengintip, mungkin wanita yang pakaiannya mirip dengan yang kulihat ada di dalamnya. Wanita itu jelas bukan mahasiswa karena semua mahasiswa berseragam putih. Mataku tertuju ke pakaian dosen itu. Dia berhijab. Namun, warna hijabnya hitam dan bajunya berwarna coklat. Tidak mungkin aku salah lihat karena aku bisa menjelaskan detail warna pakaian, motif dan perawakan wanita itu.
Siang harinya, aku bersama teman-temanku sedang berada di laboratorium. Teman- temanku semua kebetulan tiga orang laki- laki. Mereka adalah Pak Adi, Pak Irvan dan Pak Hendra. Kami sedang mengobrol tentang praktikum hari ini. Tiba-tiba terdengar suara derap langkah berlari menuju ruangan kami.
“Tok tok tok, permisi pak, bu”. Dua orang mahasiswi di depan pintu. Mereka terlihat panik dan terburu-buru.
“Iya, silakan masuk”, Jawabku.
“Bapak, tolong ada cewek nangis di kamar mandi terkunci pak”. Ucap Mawar kepada Pak Hendra
“Kamar mandi mana?” Tanya Pak Hendra
” Lantai 2 pak, sebelah perpustakaan,” Jawab Mawar.
Mereka bercerita, Saat perkuliahan, satu mahasiswi izin ke toilet, namanya Ika. Dia mendengar suara perempuan menangis di toilet. Karena takut, dia kembali ke kelas dan mengajak temannya untuk memeriksa toilet lagi. Mereka berdua masuk toilet dan masih mendengar suara tangisan itu
“mbak, mbak kenapa?” Tanya Ika
“Huhuhuuuu…” Tangis perempuan itu semakin nyaring
“Mbak terkunci?” Ga bisa dibuka ya mbak?” Tanya Ika lagi
“Heem.. huhuhuhuuu…” Masih terisak
Dua mahasiswi tersebut kembali ke kelas meminta bantuan
karena masih kuliah, mereka diam-diam menceritakan perempuan di toilet ke teman-temannya. Teman -teman nya bergantian memeriksa toilet dan masih mendengar suara tangisan itu. Menjelang waktu ashar, mereka selesai kuliah dan masih mencoba membantu perempuan itu keluar dari toilet
Mereka bingung dan tidak bisa berbuat apapun, lalu dua mahasiswi menghampiri kami ke laboratorium. Mereka meminta kami menuju toilet lantai 2. Kami berempat menuruni tangga menuju toilet yang tepat di depan tangga. Kami melihat banyak mahasiswa bergerombol duduk-duduk di depan toilet
Mungkin sekitar 20-an orang. Pak Hendra diikuti Pak Irvan, mencoba masuk ke toilet. Dia mengetuk pintunya, namun tak ada jawaban. Lalu pintu dibuka, ternyata tdk terkunci. Dan di balik pintu itu ternyata… pintu tersebut ternyata tdk terkunci, dan setelah dibuka ternyata.. kosong, tak ada siapapun. Puluhan mahasisiwa terkejut bukan main, karena baru beberapa menit yang lalu tangisan itu masih terdengar
Dan mereka pun berada di depan pintu toilet sambil menunggu bantuan datang. Tidak ada seorang pun keluar dari toilet itu.
” Kalian ada-ada aja, ga ada orang kok” kata Pak Hendra
“Beneran pak, ga mungkin kami salah dengar. Kami ini sekelas yang dengar pak, bukan 1-2 orang saja. kami pun mendengar dia menggedor pintu sambil menangis. Pintu sdh coba kami buka memang tadi terkunci pak”..
“Ya sudah, kalian kembali saja ya, sdh sore” kata dosen itu
Mereka pun membubarkan diri, kami pun kembali ke lantai 3. Tiba2 kami mendengar teriakan perempuan
Aaaaaaaaaaaa….” Teriak seorang mahasiswi
Pak Gani, penjaga kelas di lantai 3 pun turun ke arah lantai 2. Suara itu berasal dari toilet perempuan lantai 2. Pak Gani memasuki pintu toilet dan menemukan seorang mahasiswi tergeletak pingsan di depan wastafel tepat di depan pintu toilet.
Lalu Pak Gani membawanya ke ruang kesehatan, dan diikuti beberapa temannya. Setelah mahasiswi sadar, dia bercerita
“Saya tadi cuci tangan di wastafel setelah keluar dari toilet ujung pak. Tapi saya melihat di sebelah saya ada sosok perempuan berbaju putih, rambutnya panjang”
“Saya sudah ketakutan, tapi perlahan dia menoleh ke arah saya pak. Rambutnya panjang berantakan beberapa menutupi wajah. Tapi saya melihat jelas wajahnya yang rusak dan penuh darah mengalir pak. Sampai saat ini saya masih ingat wajahnya pak. Sangat hancur tidak beraturan”.
Saat malam hari, karyawan bagian IT bernama pak Amin harus lembur untuk acara seminar besok. Dia mengecek seluruh ruangan dan melihat cctv, ada seorang tak dikenal melewati tangga. Lalu dia mengeceknya dia mulai naik menuju lantai 2. Terdengar suara langkah kaki dari atas.
Pak amin berlari menghampiri suara itu.
“Siapa itu?” Tak ada suara.
Namun sesekali dia mendengar beberapa orang di dalam kelas. Dia mencoba mengintip dari kaca di pintu. Suaranya terdengar jelas. Seperti ada kegiatan belajar mengajar
Ujung mata pak amin mendekati kaca pintu, dan dia melihat 3 orang mahasiswi berseragam putih ada di dalam kelas. Mereka tertawa cekikikan sambil duduk melingkar. Pak amin lari terbirit birit karena dia yakin itu bukan manusia. Mana mungkin ada kuliah jam 2 pagi
Pukul 05.30 pak amin melewati kelas itu lagi, dan dia masih saja melihat 3 mahasiswi tersebut dengan posisi duduk yang sama dengan sebelumnya. Dia kemudian berlari menemui temannya dan mengajaknya ke kelas.
“Pak agung, ayo ikut saya!” Ajak Pak Amin
” Ada apa pak amin? ” Jawab Pak Agung
“Sudah ikut saja” Pak Amin memaksa.
Mereka berlari menuju kelas. Pak amin memimpin di depan.
“Ada apa pak?” Tanya pak agung
“Coba lihat pak ada mahasiswi di dalam”
“Mana mungkin pak, masih pagi gini belum ada kuliah” Pak agung menengok ke dalam kelas, memperhatikan seluruh ruang kelas.
“Tidak ada siapapun pak amin”. Jawab Pak Agung meyakinkan
“hah? Coba dilihat yang benar pak” “Memang tak ada pak, pintu kelas juga masih terkunci. Mana mungkin ada yang bisa masuk” .
Pak Amin terdiam, lalu dia melihat kelas itu. Dan memang tak ada siapapun